kekerasan TKI Arab Saudi

kekerasan TKI Arab Saudi
Pemimpin yang diharap tak jua berikan jalan selamat. Dikala warga menderita, mereka sibuk berpesta.

Minggu, 30 Januari 2011

Kutu-kutu Iblis di Tanah Suci-1Kutu-kutu Iblis di Tanah Suci-1

Di sebuah desa, tepatnya Majalengka. Terdapat seorang gadis remaja yang mempunyai keinginan kuat untuk merubah lemahnya perekonomian keluarga yang ditanggungnya saat itu. Terlebih...untuk mencitrakan sikap kemandiriannya. Yakni dengan memberanikan diri untuk meraup rizki di negeri Arab Saudi. Sebut saja wanita itu Ina.

Dengan bermodalkan tekad dan niat. Ina menyetujui tawaran dari pihak PJTKI ( Penyalur Jasa Tenaga Kerja Indonesia. ) untuk menjadi seorang TKI.

Sebelum Ina pergi ke Arab Saudi. Ia disekolahkan terlebih dahulu dalam sebuah penampungan untuk mengikuti pembelajaran bahasa arab yang nantinya digunakan sebagai percakapan pokok, antara majikan dan pembantu. Semua dilakukan agar terjalin pemahaman dalam percakapan di antara mereka. Setiap hari dan tanpa henti Ina fokuskan diri untuk memahami rangkuman bahasa yang diajarkan kepadanya.

Karena kegigihannya? Hanya dalam kurun waktu kurang dari sebulan Ina pun dinyatakan lulus berbahasa asing itu. Tanpa waktu lama. Setelah kelulusannya. Ina langsung diberangkatkan untuk menuju negeri para unta. Negeri yang merupakan tanah kelahiran para Nabi utusan Allah SWT dalam mengamalkan perintahNya. Ina berangkat tidak sendiri. Ada seorang lagi yang diikutkan oleh PJTKI dengan tujuan negara yang sama. Panggil saja ia Mery.

Di dalam pesawat Ina dan Mery merajut sedikit percakapan untuk mempererat tali pertemanan karena waktu di penampungan mereka jarang sekali berkomunikasi. Sepanjang dalam perjalanan sampai kemudian pesawat itu mendarat di landasan bandara Jeddah, Arab Saudi. Ina dan Mery keasyikan berbincang tentang kampung halamannya masing-masing. Tapi sayangnya, di bandara mereka harus terpisahkan karena tugas kerja dan majikan yang berlainan. Mereka hanya berinisiatif untuk saling menukar nomor ponsel sebelum akhirnya melaju ke tempat kerja masing-masing.


***


Hari pertama dalam penyesuaian diri dì tempat kerja. Seperti pemula lainnya. Gerak Ina agak sedikit canggung. Ia bingung dengan apa yang harus ia kerjakan. Tapi! Dengan sedikit pemahaman lokasi dan arahan dari sang majikan yang baik hati. Dalam waktu sebulan akhirnya Ina bisa beradaptasi di tempat kerja barunya itu. Hari demi hari datang dan hadir silih berganti. Ina mulai kerasan tinggal di tempat sang majikan. Dengan arsitektur rumah yang bisa dibilang kecil dan penghuninya terbilang sadar akan kebersihan. Ina mulai menikmati kenyamanannya saat bekerja di Arab Saudi. Walaupun terkadang celoteh sang majikan, kian membisingkan sepasang telinganya. Dan buatnya itu sudah wajar dalam melakoni pekerjaan.

***

Setengah tahun sudah Ina menggeluti pekerjaannya. Meski terkadang ia merenung karena tidak bisa bercengkrama dengan sanak saudara. Dan juga ia lelah dengan peraturan yang diterapkan sang majikan yang sangat ketat. Ia tidak diperbolehkan untuk menghirup udara bebas. Karena pedoman akan tujuan awalnya, Ina mampu alihkan itu semua.

Agar bisa menghilangkan rasa jenuhnya. Ina hanya menelphon orang-orang yang dikenalnya. Salah satunya Mery. Tapi seringnya Ina kontak Mery dan saling curhat tentang keadaan yang dialami mereka. Karena kedekatnya itu? Mereka ikrarkan jalinan persahabatan dan persaudaraan.

***

Suatu ketika dikala siang menimpa dan tatkala Ina dalam beban tugas kerja. Hp-nya dan tertera nomor pemanggil asing. Tapi nomor tersebut masih dalam lingkup wilayah Jeddah. Telephon berdering berkali-kali. Ina pun yang tadinya enggan untuk mengangkat, karena nomor itu asing baginya. Dan Ina hanya berfikir itu pasti Mery yang menelphonnya. Karena hanya dialah satu-satunya teman yang dikenalnya di Jeddah. Karena merasa terganggu.Ina pun kesal. Dengan terpaksa ia mengangkat telephon itu.

'' Hallo. Ini siapa ya? Maaf, gue lagi sibuk! Kalau ada perlu...nelephonnya nanti saja ya?'' Ungkap Ina jelaskan kesibukannya.

'' Hikkz...hikzz...''

'' Lho. Kok! Kok loe malah nangis? Emang loe kenapa itu Mer? ''

'' Hikzz... Maaf. Gue ganggu ya? Gue bukan Mery, tapi temenya. Aku Anina. Hikz....'' gumam si penelephon menjelaskan jati dirinya, sembari menangis tiada henti.

'' Owh... Maaf kak! Gue pikir loe itu Mery. Mmm... Kenapa kakak nangis? '' tanya Ina akan tingkah aneh si penelphon.

'' jangan panggil gue kakak lah... Panggil saja gue Nina. Itu nama gue. Hikz... Tolong bantuin aku. Pliz...hikz.hikz ''

'' Bantuin apa Nin?'' tanya Ina mengenai masalah yang dihadapi Nina itu.

'' Mm... Kata Mery. Loe itu save nomor seluruhan perwakilan pemerintah Indonesia di Jeddah ya? Benar kah? Kalau memang benar. Tolong bantuin gue buat laporkan kasus yang gue alami. Kasus penyiksaan dan pemerkosaan yang gue alami. Pliz... ''

'' Apa? Benarkah?! '' Ina tersentak kaget mendengar hal itu.

'' Iya. Tolong bantuin gue. Gue mohon. Hikz.hikz ''

'' Insya Allah... Gue akan usahakan itu. Loe yang sabar ya Nin?? '' jawab Ina atas kesediaannya untuk membantu Nina.

'' Makasih In... ''

Telephon pun terputus. Sementara Ina hanya bisa merenung dan sedikit membayangkan tragedi penganiayaan dan pelecehan seksual yang dikemukanan Nina itu. Huft! Ina tidak kuasa untuk membayangkan hal itu lama-lama. Teramat sadis baginya. Tanpa Ina sadari. Tiba-tiba bulu kuduknya berdiri, karena merasa ngeri.

Beriringan dengan pemikiran yang melonjak tak menentu. Ina tetap melanjutkan pekerjaannya kembali. Tidak bisa dipungkiri olehnya. Kalau semangat kerjanya menurun drastis. Semua karena yang dipikiranya itu, hanya hasrat ingin pulang. Ia mulai takut, jika kejadian yang Nina alami terjadi padanya.

kutu-kutu IBLIS ditanah SUCI---2

Untuk sesaat Ina nampak meneteskan air mata. Ketakutan mulai merasuk dan meracuni pikiran tenangnya. Rasa takut berlebihan yang menghujam hati dan pikirannya itu? Membuat ia lupa akan janji yang sempat terlontarkan pada Nina.

Ting...tongg...

Bel rumah berbunyi. Itu pertanda, bahwa sang majikan Ina telah pulang dari tempat kerjanya. Karena sadar akan rumah yang belum sepenuhnya rapih. Ina pun panik. Ia lepas tingkah, berjalan sambil kebingungan, sebelum akhirnya ia buka pintu rumah.

***

Setelah pintu Ina buka. Sang majikan nampak memantau keadaan seisi rumah. Keadaan rumah yang kacau balau nampak membuat sang majikan marah. Celoteh kasar pun berkumandang saat memarahi Ina. Ina yang hanya terpatri dalam ketegangan, laksana takut akan apa yang dialami Nina itu pun dialaminya juga.

'' Alhamdhulillah...''

Kecap syukur terkemukakan dalam hati Ina. Semua laksana sang majikan hanya memarahinya dengan kata-kata. Bukan melalui tangan atau barang lainya sebagai perantara luapan emosinya.

Dapatkah, selamanya kita bersama....

Nada hp Ina pun berdering kembali. Karena takut ketahuan sang majikan. Ia pun lekas mengangkat panggilan yang memelephonya.

'' hallo! Assalamu'alaikum. '' sapa Ina ramah.

'' walaikumsalam... eh In. Sudah belum? '' lontar tanya nina.

'' oiyah. Aku lupa Nina. Maaf. Oke... Sekarang gue mau telephon perwakilan dari Indonesia dulu. Sebentar ya? ''

Panggilan yang anda tuju sedang sibuk. Cobalah beberapa saat lagi. Tutt.. Tutt..

Panggilan Nina pun Ina buat menunggu. Semua karena Ina yang sedang berusaha untuk menelphon perwakilan dari Indonesia, seperti yang ia janjikan kepada Nina.

***

Tott... Tott...( Panggilan terhubung ke pihak perwakilan Indonesia di Arab Saudi )

'' Hallo. Adakah yang bisa saya bantu? '' sapa salah satu pegawai perwakilan dari Indonesia.


'' hallo juga Pak. Maaf, saya Ina. Saya merupakan salah satu TKI Indonesia. Dan saya mau melaporkan, akan kasus pelecehan seksual dan penganiayaan terhadap salah satu rekan saya Pak. Rekan saya namanya Nina, yang beralamatkan di (...) ''

'' Baik. Laporan saudari Ina akan kami tindak lanjuti. Mohon tunggu pemberitaan kami selanjutnya. ''
Setelah keperluannya dengan pihak perwakilan dari Indonesia selesai. Panggilannya dengan Nina disambungkan kembali. Nina yang sedari tadi masih menunggu tanpa mengakhiri panggilan telephon.

'' sudah gue laporkan Nin. Kita tinggal menunggu kabar berkelanjutan dari mereka. ''

'' Ya. Makasih Ina. Loe baik banget... ''

'' Oke Nin. Mmm...sory. Gue mau lanjutkan kerja lagi nih. Gue putus ya? Bye... '' kecap Ina sembari memutus panggilan telephonnya. Ina pun meneruskan pekerjaan yang sempat ditundanya.

Gemuruh pemikiran yang menyekat. Membuatnya tidak bisa konsentrasi saat bekerja. Bahkan Ina hampir saja lupa, kalau cuciannya pun belum sempat dicucinya.

***

Setiap hari Ina menunggu akan kabar dari pihak perwakilan dari Indonesia.

kutu-kutu IBLIS ditanah SUCI---3

Sebulan telah berlalu, tapi tak jua ada perkembangan kabar dari pihak kedubes indonesia di jeddah arab saudi, negara tempat Ina kerja.

Disitu Ina memendam tafsiran asa pada mereka, '' MEMANG BENAR, APA YANG BANYAK ORANG KATA, MORAL DAN AKHLAK PEMERINTAH TAK SEINDAH LISAN JANJINYA '', ujar Ina. Karena sudah bosan menunggu dan juga habisnya asa yang ditafsirkan Ina pada pemerintah indonesia. Ina mencoba menghubungi Nina, untuk memberitahukan akan egoisme pemerintah mereka dan kegagalan usaha laporannya.

Mendengar tutur lisan dari Ina, Nina hanya bisa tersedu dalam tangis, meringik terkikis mendengar penjelasan yang tak bisa merubah keadaan akan nasib dan derita yang dialaminya. Padahal Nina sangat berharap, ada usaha pemulangan akan dirinya dari pihak pemerintah tanah airnya. Tapi ternyata, pemerintah yang dijunjung dan dipuja, tak ada usaha apa-apa. Nina hanya bisa berdoa kepada yang maha kuasa, semoga kelak keadilan berpihak pada dirinya dan ia dapat berkumpul bercengkrama bersama keluarga yang dicintainya.

Nina mencoba menceritakan pada Ina sebelum ia ke arab saudi. Tertutur penuh rintih oleh Nina, betapa inginnya dia memijaki kaki ke tanah suci, walaupun hanya sekedar bekerja disana. Sampai akhirnya dia sadar, di tanah suci juga banyak kutu-kutu IBLIS yang berkeliaran, yang haus akan kesesatan dan rakus akan kekuasaan. Karena dia juga salah satu korban dari sadisnya moral dan tipisnya selimut akhlak mereka.

Mendengar keluh kesah Nina, Ina seraya turut menangis. Mendengar ketidak adilan yang dialami temannya. Ini berdoa, semoga nanti perwakilan dari kedubes indonesia memberi kabar akan hasil laporannya, walau kecil kemungkìnan untuk itu.

Ina masih setia menunggu, akan kabar yang selalu ia tunggu. Sampai akhirnya asanya benar-benar pupus dan melenyap hangus. Karena dipuncak asanya, Nina yang menjadi korban, dipulangkan oleh majikannya. Karena janji yang sempat sang majikan lontar kepada Nina.


***

- kejam dunia, bukan benci sang kuasa pada umatNya. Melainkan kasih sayangNya, sebelum akhirnya sang umat menduduki kursi surga.

- tanah suci bukan berarti pemijaknya berjiwa suci, karena kita sama-sama manusia, yang sìlau akan kemilau dunia.

- isak tangis, suatu bukti kelemahan manusia. Akan derap, tatkala kita tak mampu mengalihkannya.


T.A.M.A.T

By. Agus Triono